Dharmayatra Kata-kata dari Sumatera



Puisi-Puisi ini termaktub dalam buku Dharmayatra Kata-kata dari Sumatera


Ia Bayangkan Musim Luka

Ubai Dillah Al Anshori


sebagai pertaki

ia bayangkan sebuah kampung dan

gemuruh di dada

ketika hari semakin menguning

ratap dan harap mengecup

kening jendela


kampung serasa mati, ditinggal tubuh tor-tor

bunyian gondang dan suara hasapi

terngiang

dalam dekapan malam

dan dari gerbang kampung telah terjemput seribu kenang


ia bayangkan segala singgah

dan cerita entah hadir akan dari mana

sedang suara-suara sebagai penjaga kampung

telah terkepung duka lampau


sebagai pertaki

ia pahat tubuh luka, dari sisa kepala yang

dipenggal masa kelam

gemetar dan keringat hanya disambut

bunga-bunga sepi,

“siapa yang menanggalkan kenang, ketika

lapuk rumah bolon, dan nyanyian dari arah angin

tidak lagi terdengar”


sebagai pertaki

ia tinggalkan ingatan, tentang suara nangguru yang

menjemput masa lalu

tentang penjaga kampung pembawa kabar dan

malam semakin meninggi.


pematangsiantar, 2022


Tubuh Angin

Ubai Dillah Al Anshori


bukankah ia tiba sebagai duka

ketika kota-kota menyuarakan luka

dan angin menjadi angan,


“siapa akan menyemai tubuh,

tor-tor berhenti di simpang alunan

dan gondang lepas

dari jiwa”


langit tidak memerah, gelap

belum sepenuhnya tiba

tapi, di sana

di kota yang pernah diceritakan


hari menjadi aneh

kabar tiba entah dari mana


“ia datang dari arah timur, sebagaimana musim

menjadi cemas”


“siapa yang datang?

apakah kematian akan disuarakan

dalam kecemasan?”


sedang di taman, kursi menjadi sepi

anak tangga

mencium tubuh lumut


bukankah ia tiba sebagai duka

ketika suara hasapi

semakin samar terdengar


anak-anak bernyanyi dengan

gemuruh di dada


medan, 2022


Ia Perempuan Penunggu Kepulangan

Ubai Dillah Al Anshori


ia perempuan penunggu kepulangan antara singsing fajar dan

mata senja telah bersinar. dikenakannya syal hitam, kemeja coklat

untuk melengkapi puncak kenangan

tapi, siapakah akan pulang pada gurun kekecewaan?


ia perempuan penunggu kepulangan di matanya cuaca silih berganti

kota-kota merebut nyala, padam bergema dari setiap lorong

rambutnya berjuntai, angin terus membawa sisa perjalanan

tapi, siapakah akan pulang pada gurun kekecewaan?


sementara pada rimbun halaman, daun terus gugur

satu atau dua saling membelai, menukar dan menakar

angan kedekatan. musim demi musim saling terpaut

saling bersilang kisah


ia perempuan penunggu kepulangan, di tubuhnya

mataair dan airmata menderas, menuju hilir

kerinduan


padangpanjang, 2022


Airmata Sungai

Ubai Dillah Al Anshori


di sana pula airmata tumpah

setelah berangkat

dinyalakan, anak-anak menanti,

dari pintu-pintu dan tubuh jendela sepi

kembali melangkah


sedang jarak begitu jauh

suara burung dan mesin samar terdengar


lalu, ketika sungai hanya menyimpan

airmata, dan anak-anak berhenti

menanti.

kemana piyau akan ditambatkan?


”ke sana-ke sana akan kita tambatkan, jika

musim telah digerus

atau bilamana pulang tak lagi ke tepian”


maka, airmata tak pula airmata

sungai tak pula jadi sungai

anak-anak tak pula anak-anak


segala telah lenyap pada

riak kehampaan


padangpanjang, 2023


Surat-Surat Sungai

Ubai Dillah Al Anshori


akulah perempuan penunggu kabar, akulah hulu

engkaulah hilir

berapa banyak surat ditujukan, balas tak sampai pulang


katanya, ketenangan dan daun gugur

yang menengadah

di alir sungai pertanda akan datang,

akan laju riak

ke dalam diri


sepagi ini

telah kutinggalkan dasar paling rindu

ikan-ikan henti bernyanyi

sebab pulang

tetap pada kesepian


apakah surat terakhir telah sampai?


pematangsiantar, 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat-surat Sungai

Sosiologi Poetika dalam Tubuh Rajah

Buat Pasaman: Ruh dan Tubuh Puisi