Postingan

Dharmayatra Kata-kata dari Sumatera

Gambar
Puisi-Puisi ini termaktub dalam buku Dharmayatra Kata-kata dari Sumatera Ia Bayangkan Musim Luka Ubai Dillah Al Anshori sebagai pertaki ia bayangkan sebuah kampung dan gemuruh di dada ketika hari semakin menguning ratap dan harap mengecup kening jendela kampung serasa mati, ditinggal tubuh tor-tor bunyian gondang dan suara hasapi terngiang dalam dekapan malam dan dari gerbang kampung telah terjemput seribu kenang ia bayangkan segala singgah dan cerita entah hadir akan dari mana sedang suara-suara sebagai penjaga kampung telah terkepung duka lampau sebagai pertaki ia pahat tubuh luka, dari sisa kepala yang dipenggal masa kelam gemetar dan keringat hanya disambut bunga-bunga sepi, “siapa yang menanggalkan kenang, ketika lapuk rumah bolon, dan nyanyian dari arah angin tidak lagi terdengar” sebagai pertaki ia tinggalkan ingatan, tentang suara nangguru yang menjemput masa lalu tentang penjaga kampung pembawa kabar dan malam semakin meninggi. pematangsiantar, 2022 Tubuh Angin Ubai D...

Sosiologi Poetika dalam Tubuh Rajah

Gambar
: Ubai Dillah Al Anshori  Puisi dapat terlahir atas sinkronisasi antara diri, alam, dan ruang imajinasi yang seakan membantu merancang ide dan gagasan, sehingga membentuk dunia baru yang dinamakan sastra (puisi). Bachelard menyebutkan imajinasi puitis (poetika) dalam penelitiannya adalah bagaimana api dapat memilki makna yang sebenarnya bukan api, bahkan bisa lebih besar dari pada api itu sendiri, begitu juga dengan air, tanah dan lainnya, keadaan tersebut membantu untuk menyelesaikan narasi-narasi dan mendekatkan kehidupan masyarakat yang dapat pula dijadikan fenomena poetika. Melihat salah satu buku puisi karya Sulaiman Juned yang berisi 55 puisi diterbitkan oleh Salmah Publishing dengan judul Rajah, bisa saja dijadikan bandingan sehingga dapat didekatkan atas penjelasan sebelumnya.  Perjalanan panjang mengantarkan ke beberapa peristiwa yang bisa saja tidak pernah “kita” alami. Seperti, hidup di antara bayang-bayang pembantaian, mesiu melintas dari depan mata, kehilangan ke...

Kampus dan Sastra Menyatu dalam Belanga

Gambar
Kampus dan Sastra Menyatu dalam Belanga Oleh: Ubai Dillah Al Anshori   "tapi, pulang sudah memanggil  akupun berkemas di antara debar angin dan menanggalkan beberapa sejarah yang tak salah arah" (dalam Buku Setungkul Benang, 2018 – Ubai Dillah Al Anshori) Esai ini dibuka dengan puisi yang berupaya mengantarkan saya pada kepulangan, ingatan sepuluh tahun lalu, serta perjalanan kreatif yang rasanya tidak salah arah. Sejatinya, ini menjadi cara untuk memberikan pengantar, menyampaikan pembuka dengan cara santai dan tidak tergesa-gesa. Bukankah sesuatu yang tergesa dapat memberikan efek tidak baik pada akhirnya? Kemana pulang akan kita sampaikan, ke kampus pula arah dituju. Setelah kita sampai pada tujuan, tentunya harus pula sampai pembahasan yang perlahan-lahan memberikan tarik-ulur pandangan. Sebagaimana kampus, seperti itu pula kata-kata hendaknya bekerja, atau bahkan sebaliknya. Mengapa kampus menjadi salah satu ruang yang “harus” mampu memunculkan para “pengrajin kata-k...

Tanpa Aku: Benny Arnas, Pencerita Handal Dengan Bahasa Tubuh

Gambar
Tanpa Aku: Benny Arnas, Pencerita Handal Dengan Bahasa Tubuh Ubai Dillah Al Anshori Judul : Hujan Turun dari Bawah Penulis : Benny Arnas Tebal : 75 Penerbit : Gramedia Widiasarana Indonesia ISBN : 9786020502113 Cetakan Pertama : Juli, 2018 Kata Pengantar : Hasan Aspahani Penyair adalah orang yang mahir dalam penggunaan bahasa, sedangkan bahasa didefinisikan sebagai alat komunikasi. Puisi menjadi alat komunikasi dari penyair terhadap pembaca. Membaca buku puisi Benny Arnas “ Hujan Turun Dari Bawah” rasa- rasanya seperti mendengarkan ia bercerita dengan santai. Ia mengajak untuk melompat dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan bahasa yang memang terkuasai. Entah itu bahasa ibu atau bahasa daerah. Memandang lebih jauh ke dalam diri Benny Arnas. Ia mencoba menuliskan puisi-puisi yang ada di dalam buku dengan cara pandang yang menarik. Ia membuktikan kalau seorang penyair hadir dan dapa...

Ia Datang dari Hilir

Gambar
Ia Datang Dari Hilir Ubai Dillah Al Anshori setelah cerita itu dituturkan ia datang dari hilir dengan nyanyian "Tibawan, Tibawan. degup jantung kita saling berdetak  segala kenang telah terucap siapa akan tiba, bila mana kehilangan lebih mendekap" di sana, di sana suara makin samar perjalanan panjang ia lalui dengan pesan dalam dada. "setelah sampai, dan pusara telah tampak  dalam diri, kabarkan pada angin   gigil akan terbangun di tubuh ini" ia datang Setelah singgah tak lagi padam ke sana ke sana ia tuju alirnya mengecup Tibawan, dan sampai pada hulu tapi, luka semakin menganga  demikian, demikian perih  ia basuh perlahan ia yang temukan ia temukan saat masih kanak ditanak petang walau pada akhirnya tetap kehilangan sampai pada diri ia tinggalkan kecup sungai  pelukan malam dan hari semakin menguning Padangpanjang, 2022 Puisi ini pernah termuat di Sastramedia.com

Surat-surat Sungai

Gambar
Surat-surat Sungai Ubai Dillah Al Anshori akulah perempuan penunggu kabar, akulah hulu engkaulah hilir berapa banyak surat ditujukan, balas tak sampai pulang katanya, ketenangan dan daun gugur  yang menengadah  di alir sungai pertanda akan datang,  akan laju riak ke dalam diri sepagi ini telah kutinggalkan dasar paling rindu  ikan-ikan henti bernyanyi  sebab pulang tetap pada kesepian apakah surat terakhir telah sampai? Pematangsiantar, 2020 Puisi ini pernah termuat di Sastramedia.com

Buat Pasaman: Ruh dan Tubuh Puisi

Gambar
Buat Pasaman: Ruh dan Tubuh Puisi Ubai Dillah Al Anshori Bukankah telah sampai ke tubuh Pasaman puisi-puisi yang menelisik keadaan, alam, kultur sosial dan kebudayaan. Walau pada akhirnya bisa saja “puisi” tersebut tidak menjadi apa-apa, tidak pula menjadi sesiapa di antara mereka. Kabar itu barangkali telah menjadi angin lalu dalam setiap kategorisasi, tidak dianggap menjadi barang paling laris. Apalah daya rebah telah sampai pada pangkal. Namun, kejadian ini sepantasnya diapresiasi oleh masyarakat Pasaman dengan lapang dada dan hati yang dingin. Mengapa demikian, sebuah buku telah terampungkan dengan judul “Lelaki yang Mendaki Langit Pasaman Rebah ke Pangkal” menghimpun 147 penyair dengan puisi yang beragam pula, entah cara pengucapan, gaya, pilihan narasi dan lainnya yang menyangkut kehidupan puisi. Munculnya buku puisi yang menghimpun Pasaman sepertinya dapat dijadikan warna serta rasa, sehingga dapat kita nikmati sebagai penikmat. Buku tersebut dikuratori oleh Kurnia Hadinata dan ...